Taipei - Penyelidikan insiden jatuhnya pesawat TransAsia Airways fokus pada kegagalan mesin. Ada dugaan human error dalam insiden ini. Pilot diketahui mematikan dan menyalahkan lagi mesin yang masih berfungsi normal setelah mesin lainnya mati.
Seperti dilansir AFP,
Sabtu (7/2/2015), pesawat turboprop ATR 72-600 yang jatuh ke Sungai
Keelung pada Rabu (4/2), memiliki mesin kembar berbentuk baling-baling.
Mesin nomor 2 atau mesin sebelah kanan mati terlebih dahulu pada detik
ke-37 setelah pesawat lepas landas pukul 10.51 waktu setempat, ketika
pesawat ada di ketinggian 1.200 kaki.
Selang 46 detik kemudian,
mesin nomor 1 atau mesin sebelah kiri yang beroperasi dengan normal
malah dimatikan secara manual oleh pilot untuk kemudian dinyalakan
kembali. Namun mesin nomor 1 ini hanya menyala penuh selama 56 detik
sebelum akhirnya mati kembali.
Dengan kondisi dua mesin pesawat
mati di udara, pesawat akhirnya jatuh ke Sungai Keelung. Data kotak
hitam pesawat menunjukkan pesawat hanya terbang selama 3 menit 23 detik
setelah lepas landas dari Bandara Songshan, Taipei.
Informasi
tersebut disampaikan Badan Keselamatan Penerbangan Taiwan (ASC) dalam
konferensi pers pada Jumat (6/2) kemarin. Namun yang menjadi pertanyaan
ialah apa alasan mesin nomor 1 yang beroperasi normal harus dimatikan
secara manual. Padahal pesawat jenis ATR memang dirancang untuk tetap
bisa terbang meski hanya dengan satu mesin.
"Tidak jelas," jawab Direktur Operasional ASC, Thomas Wang merujuk pada alasan pilot mematikan mesin nomor 1.
"Kami belum mencapai kesimpulan apapun," imbuhnya.
Menganalisis kondisi ini, para pengamat penerbangan menduga adanya
faktor human error yang dilakukan oleh pilot dan kopilot di dalam
kokpit.
"Tampaknya mereka mematikan mesin yang salah," sebut editor publikasi industri penerbangan Flightglobal yang berbasis di Singapura, Gred Waldron.
"Mesin
sebelah kanan terbakar tapi kondisi tersebut tidak akan memicu
kecelakaan karena ATR dirancang untuk terbang dengan hanya satu mesin,"
imbuhnya.
"Apa yang terjadi adalah beberapa detik setelah mesin
nomor 2 (sebelah kanan) terbakar, mereka (pilot) menghentikan aliran
bahan bakar ke mesin nomor 1 (sebelah kiri), dan ketika mereka
menghentikan aliran bahan bakar ke mesin nomor 1, saat itulah situasi
mulai kacau karena pesawat tidak mendapatkan daya," jelas Waldron.
Jasad
pilot Liao Chien-tsung dan kopilot Liu Tsu-chung ditemukan di dalam
kokpit setelah bangkai pesawat dievakuasi dari sungai. Jasad keduanya
ditemukan dalam keadaan masih duduk dan memegang kendali pesawat. Mereka
menuai pujian karena dianggap pahlawan dengan menghindarkan pesawat
dari gedung bertingkat. Sejauh ini korban tewas mencapai 35 orang dan
sebanyak 8 orang masih belum ditemukan.
0 komentar:
Post a Comment