Menaklukkan nafsu ertinya tidak melampiaskan semahu-mahunya, tanpa peduli atau bertindak dengan dalih "hak asasi". Seseorang harus benar-benar memahami watak nafsunya yang selalu menuntut dan menuntut tanpa mengenal erti puas dan seseorang harus mampu mengenal keterbatasan dirinya sendiri, namun inilah ujian yang paling sukar, sebab manusia ternyata lebih pandai membaca diri orang lain daripada harus membaca dirinya sendiri.
Menyalurkan ertinya tidak usah mematikan nafsunya tetapi merealisasikan tuntutannya sepanjang ia membawa petaka baik bagi peribadinya mahupun sekelilingnya. Disalurkan sesuai dengan norma-norma Tuhan, semisalnya tuntutan nafsu seksual yang patut disalurkan melalui pernikahan yang sah. Demikian halnya sifat ingin kaya salurkan dengan kerja keras, tekun tetapi jujur tidak memanipulasi atau rasuah dan cara-cara lain yang melanggar hukum Tuhan.
Melampiaskan nafsu dengan cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma Tuhan sudah pasti akan melahirkan kesan psikologi yang tidak baik. Entah sekalipun seseorang yang mengambil jalan haram boleh menjadi kaya, hidup dalam gelumang harta kekayaan, kemewahan dan kemegahan, namun siapa pun tidak mungkin mampu meredakan pertentangan batinnya, siapa pun tak mungkin mampu membaca jeritan hati nuraninya.
Manusia cuma pandai membohongi orang lain tetapi jangan harap mampu membohongi hati nuraninya sendiri. Bukankah suatu siksaan berat bagi seseorang yang bertindak melawan kata batinnya. Bagaimana ia mampu memperoleh ketenteraman jiwa.
Itulah sebabnya "KEJUJURAN" adalah pintu kebahagiaan, pintu ketenteraman yang sejati.
Bersikap jujur, wajar. Itu harus diawali dengan menundukkan nafsunya sendiri. Namun perang melawan nafsu itulah satu perperangan yang teramat dahsyat pada hidup seseorang sebenarnya.
From link:Peperangan Yang Dahsyat | iluvislam.com + discover the beauty of islam
0 komentar:
Post a Comment